Temu Teater Mahasiswa Nusantara – selanjutnya disingkat Temu Teman –
adalah karya murni Mahasiswa yang lahir dari diskusi-diskusi hangat di
beranda malam. Adalah salah satu kegiatan mahasiswa se-Indonesia dalam
lingkup seni khususnya seni teater. Falsafah dasar kegiatan ini
sederhana, yakni sebagai wadah silaturahmi mahasiswa se-Indonesia untuk
saling bertukar pikiran, diskusi seni teater, diskusi kebudayaan hingga
diskusi ilmiah dalam bentuk formal dan non formal. Pada dasarnya
kegiatan ini memang bukan untuk melombakan seni teater karena menurut
para pencetus kegiatan Temu Teman I, kegiatan seni khususnya seni teater
tidak seharusnya diperlombakan.
Temu teman mempertemukan karya-karya
mahasiswa nusantara dalam suatu wadah kegiatan sehingga diharapkan dapat
menjalin silaturahmi antar pulau dalam jangkauan 33 provinsi. Sampai
saat ini, kegiatan ini tidak dibawahi Badan Seni Mahasiswa Indonesia
(BSMI) sebagai badan pengawas kesenian kampus, instansi
pemerintah/swasta dan lain-lainnya. Temu Teman berjalan begitu saja dari
tahun ke tahun dan dari daerah ke daerah di Indonesia. sehingga
menjadikannya berdiri dengan ciri dan karakter mahasiswa yang
berekspresi dan merdeka.
Sejarah panjang Temu Teman dimulai ketika segelintir mahasiswa yang
jenuh dan gelisah pada realita kesenian khususnya seni teater kampus
yang ada. Sehingga Temu Teman I lahir sebagai bentuk perlawanan atas
tidak efektifnya BSMI (Badan Seni Mahasiswa Indonesia) dan sentralisasi
kesenian pada lembaga kesenian pemerintah seperti Dewan Kesenian saat
itu. Temu Teman I lahir juga sebagai bentuk semangat berkarya dan
semangat silaturahmi mahasiswa Indonesia dalam lingkup kesenian kampus.
Dari kegelisah dan kejenuhan kreatifitas yang dialami teater kampus
saat ini, dimana event-event teater berbasis festival dirasakan tidak
mampu memberi sebuah nilai baru dalam dinamika perteateran kampus di
Indonesia sehingga kreatifitas berkarya mengalami stagnasi, disamping
itu terbangun ekskluisifitas dalam event teater tersebut yang tidak
mampu menjadi media sharing dan tukar pengalaman yang sifatnya
kekeluargaan namun yang terbangun adalah egoisitas dan persaingan untuk
menjadi yang terbaik berdasarkan penilaian angka-angka dari juri
berdasarkan kategori dalam teater tersebut.
Untuk itu, berangkat dari masalah tersebut, lahir inisiatif kanda
Ancha arjae lalilo dan beberapa sahabatnya untuk merancang sebuah
gerakan baru dalam kesenian teater kampus. Akhirnya digagaslah Temu
Teater Mahasiswa Nusantara yang selanjutnya disingkat Temu Teman yang
merupakan sebuah wadah dan forum antar insan teater kampus seluruh
Indonesia yang lebih mengetengahkan nilai-nilai silaturahmi dan
kekeluargaan sehingga yang terbangun adalah kekompakkan dan rasa
solidaritas seluruh insan teater kampus se-Indonesia.
Temu Teman I ini tidak akan berjalan secara berkala tiap tahunnya jika tidak dilanjutkan oleh SSB Tirani Universitas Tadulako Palu dengan menggunakan nama dan konsep kegiatan yang sama yaitu Temu Teman II. Dan pada akhirnya Temu Teman ke-III oleh Bengkel Seni Teater Peneti Universitas Negeri Gorontalo
memperjelas tradisi kegiatan ini tiap tahunnya pada kampus-kampus yang
bersedia menjadi tuan rumah selanjutnya di beberapa daerah Indonesia.
(diakses pada tanggal 14 Juni 2013 Pukul : 00.16 WITA)
Berikut tuan-tuan rumah Temu Teman :
- Temu Teman I Tahun 2002, panitia oleh Unit Pengembangan Kreativftas Seni Budaya Dan Sastra (UPKSBS) Universitas Muslim Indonesia di Makassar.
- Temu Teman II Tahun 2004, panitia oleh SSB Tirani Universitas Tadulako di Palu.
- Temu Teman III Tahun 2005, panitia oleh Bengkel Seni Teater Peneti Universitas Negeri Gorontalo di Grorontalo.
- Temu Teman IV Tahun 2006, panitia oleh Forum Apresiasi Seni (FAS) Universitas Lambung mangkurat Banjarmasin di Banjarmasin.
- Temu Teman V Tahun 2007, panitia oleh Teater Komedi Kontemporer Universitas Negeri Malang di Malang.
- Temu Teman VI Tahun 2008, panitia oleh Komunitas Jendela (Media Komunikasi Teater Kampus Surabaya)diantaranya Intsitut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Universitas Dr. Soetomo , Universitas Airlangga Surabaya.
- Temu Teman VII Tahun 2009, panitia oleh Forum Kerabat Bali (media Komunikasi Teater Kampus Bali ).
- Temu Teman VIII Tahun 2010, panitia oleh PlayGround Theater Institute Institut Pertanian Bogor.
- Temu Teman IX Tahun 2011 di Riau. Panitia oleh Sanggar Latah Tuah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
- Temu Teman X Tahun 2012 di Purwokerto. Panitia oleh Teater Mahasiswa Purwokerto
- Temu Teman XI Tahun 2013 di Medan. Panitia oleh KOTAK (Komunitas Teater Kampus Medan)
Ulasan Singkat Temu Teman I Makassar
Temu Teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman I) berlangsung pada
Tanggal, 22-28 April 2002 di Makassar, Sulawesi-selatan. Dengan tema,
“Membidik Manusia Perempuan Dalam Pigura” Berdasarkan proposal, peserta
mendapatkan undangan 60 komunitas dari beberapa Institusi Perguruan
Tinggi Se-Indonesia dengan kontribusi tiap tim sebanyak Rp.250.000.
Komunitas yang memenuhi undangan saat kurang lebih 20 komunitas.
Lokasi kegiatan ini dilangsungkan di dua tempat, yaitu salah satunya
benteng Somba Opu, tempat ini adalah salah satu situs sejarah Sul-sel,
tempat ini dulunya adalah benteng kerajaan gowa, sekarang diatasnya
dibangun miniatur rumah-rumah adat Sul-sel. Nah, miniatur rumah adat
inilah yang dijadikan sebagai penginapan peserta. Tempat pertujukan dan
sekaligus sebagai ruang presentase/seminar itu di tempatkan di salah
satu rumah adat yang paling besar baruga Benteng Somba Opu (baruga ini
adalah memiliki ruang besar atau semacam aula), tetapi peserta juga
diberikan kebebasan memilih tempat pertunjukan di sekitar lokasi benteng
somba opu, misalnya Teater Kampus Unhas (TKU) dengan lakon “zag-zag”
naskah/sutradara Ilham Rachomi yang lebih memilih tempat pertunjukan di
space outdoor halaman rumah adat Kab. Kajang (bulukumba) dengan
memanfaatkan rumah adat tersebut menjadi backdrop pertunjukannya. Tempat
pertunjukan lainnya di Gedung Kesenian Makassar Societed de-Harmony
(sekarang menjadi gedung kesenian Sulawesi Selatan). Temu teman I
diikuti peserta antar pulau diantaranya; Sulawesi, Kalimantan dan Bali
(waktu itu teater orok Bali mengirim satu orang delegasi bernama Dedy).
Hal-hal yang ditawarkan Temu Teman pada saat itu adalah event
pertunjukan teater yang mengedepankan apresiasi, dan sharing antara
segenap komunitas teater kampus yang menjadi peserta, sehingga ada
semacam dialektika intelektual yang terjadi di dalamnya. Mengapa
dialektika itu sangat diperlukan, karena banyak perbedaan persepsi
ataupun konsep yang ada di tiap-tiap komunitas. Tidak perlu mencapai
persamaan dalam hal tersebut tetapi lebih pada bentuk kesepahaman
perbedaan yang tentunya akan memberi dampak positif berupa ilmu
pengetahuan untuk perkembangan teater kampus di Indonesia, terciptanya
transformasi pengetahuan dan informasi antar pulau sehingga perkembangan
teater kampus di Indonesia akan bersifat menyeluruh. Tentu ini hal yang
sangat kita idam-idamkan.
Kami sebenarnya kurang mengetahui dengan jelas, akan tetapi seingat
kami gagasan itu muncul dan ditelorkan pertama kalinya oleh salah satu
pendiri komunitas Unit Pengembangan Kreatifitas Seni Budaya dan Sastra
UPKSBS UMI Universitas Muslim Indonesia (Teater Tangan), Ancha Ardjae
Lalilo seusai mengikuti event nasional Festival Teater Mahasiswa
Nasional (FESTAMASIO) Samarinda Kal-tim yang dilaksanakan oleh Teater
Yupa Universitas Mulawarman. Di event tersebut, anggota UPKSBS yang
hadir juga selaku peserta delegasi yaitu Ahmad Fardi, Mamat Mariamang,
Imran Jaya. Sementara rekan-rekan yang lain dari Makassar yakni, Teater
Kampus Unhas (TKU); Ilham Rachomi, Fail, Anto, Zuhdi, Teater Talas
Unismuh; Dede Leman, Tahir, Syarif. UKM Seni eS.A; Nehru, dan UKM Seni
UNM.
Hal Yang penting ingin kami sampaikan adalah konsep, bentuk, semangat
TEMU TEMAN bukan Cuma gagasan absolut dari teman-teman UPKSBS UMI
(teater tangan), tetapi merupakan hasil diskusi yang sangat panjang
teman-teman penggiat seni kampus di makassar terkhusus TKU Unhas, UKM
seni Talas Unismuh, UKM Seni eSA UIN, UKM Seni UNM, Bestra UNM. Beberapa
orang dari kampus yang berbeda inilah yang banyak melakukan diskusi
sejak di tempat pelaksanaan sampai dia atas kapal yang mereka tumpangi
saat pulang ke makassar. Hal ini diungkapkan oleh saudara Ibrahim
Massidenreng yang juga salah satu pihak yang aktif mensukseskan Temu
Teman I 2002. Dan dengan prakarsa jaringan ini pulalah yang juga
menginspirasi terbentuknya jaringan lembaga-lembaga seni kampus yang
dinamakan Dewan Kesenian Mahasiswa Makassar (DKMM).
Setibanya di Makassar, Ancha Ardjae Lalilo mengabarkan keinginan itu
kepada anggota UPKSBS. Dari rapat pengurus UPKSBS yang berkembang,
beberapa rekan menawarkan beberapa nama kegiatan, termasuk TE’TENU,
TETEMANU dan TEMU TEATER MAHASISWA INDONESIA (TTMI). Dari beberapa forum
yang dilakukan baik itu di secretariat UKM SENI UMI maupun cafe Chimank
yang terletak tepat di depan kampus I UMI, akhirnya hasil kesepakatan
bersama rapat menetapkan memberi nama kegiatan tersebut “TEMU TEATER
MAHASISWA NUSANTARA” atau disingkat Temu-Teman (bukan TTM). Secara
filosofis, Temu-Teman jelas meniatkan sebuah pertemanan, silaturrahmi,
senasib, berbagi pengetahuan, serta sama-sama tumbuh dan berkembang.
Setelah sah menetapkan nama kegiatan, dibentuklah kepanitiaan
Temu-Teman I yang diketuai oleh Muhammad Yasin Yunus (Achin Burung),
Mimit Pakasi (sekretaris), Sisva (Bendahara). Ada banyak pihak yang
memberikan masukan berupa buah pemikiran untuk memoles kegiatan ini
termasuk beberapa pengurus UPKSBS saat itu; Ikbal Adam. Imran Jaya,
Fardi, Mamat Mariamang, Hapsa dg. Marala. Dan ada juga seorang alumni
ISI Yogyakarta, jurusan teater yakni mas Arif Krying yang kebetulan
berkunjung ke Makassar dan berbaur bersama kami.
Pada akhirnya berlangsunglah kegiatan Temu Teman I pada tanggal 22-28
April 2002. Adapun bentuk bentuk kegiatan salah satunya pertunjukan
dan presentase karya setelah pertunjukan, Setiap malamnya juga digelar
forum diskusi terbuka dengan tema berbagai macam, yang pada beberapa
hari terakhir lebih meruncing pada eksistensi lembaga seni kampus dan
kaitannya dengan Badan Pembina Seni (Bapesmi) yang kemudian menjadi BSMI
(Badan seni mahasiswa indonesia). Tema diskusi ini lebih fokus lagi
pada salah satu program dan mungkin satu-satunya program dari BSMI yaitu
Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional Indonesia). PEKSIMINAS
kemudian dibedah oleh peserta diskusi berdasarkan pengalaman peserta
yang pernah mengikuti, melihat dan mendengar tentang PEKSIMINAS di
daerah masing-masing. Dari diskusi yang inilah, akhirnya lahir
“Deklarasi Somba Opu” yang merupakan pernyataan kesamaan sikap dan
pandangan tentang eksistensi BSMI bagi perkembangan teater kampus
se-nusantara.
DEKLARASI SOMBAOPU
1. Merekomendasikan kepada Teater Yupa Universitas Mulawarman,
Unikarta Universitas Kertanegara dan Teater Kaca Mata Widiyagaa
Kalimantan Timur sebagai penyelenggara konsolidasi lanjutan pada bulan
Juli 2002 tentang tindak lanjut dari Deklarasi Somba Opu.
2. Menolak metode pencarian dana BSMI yang sifatnya pungutan liar.
3. Merevitalisasi kelembagaan BSMI denhgan melibatkan mahasiswa secara
aktif dalam kepengurusan dengan persentase 80% dan 20% birokrasi kampus.
4. Merekomendasikan kepada BSMI pusat untuk merobah metode perlombaan dalam PEKSIMINAS menjadi temu seni mahasiswa.
5. BSMI senantiasa memposisikan dirinya sebagai wadah pembinaan kesenian kampus secara langsung dan intens.
6. Apabila point kedua hingga point kelima tidak direalisasikan oleh
BSMI di masing-masing daerah pencetus deklarasi ini, hingga batas waktu
dua bulan setelah deklarasi ini, maka BSMI dengan tegas diboikot.
Ditetapkan di Somba Opu 28 April 2002
Pukul 00.30 WITA
Pukul 00.30 WITA
Semangat untuk mempertemukan penggiat teater kampus tidaklah berjalan
seperti membalikkan telapak tangan, banyak persoalan yang muncul
ketika teman-teman UKM SENI UMI mulai bergerak untuk membuat mimpi itu
menjadi kenyataan. Mulai dengan persoalan internal kepanitian, pendanaan
yang sangat minim untuk sebuah event nasional, sampai pada persoalan
mental dan kesiapan panitia yang bisa dikatakan saat itu sangat labil.
Begitupun pada saat Temu Teman berlangsung, masalah-masalah baru
bermunculan dan yang paling dominan adalah persoalan teknis. Hal ini
dimaklumi oleh panitia karena bagi mereka dengan fasilitas dan pendanaan
yang minim, peserta pasti akan merasa tidak nyaman. Akan tetapi hal
tersebut bisa diatasi dengan keterbukaan panitia kepada semua peserta
tentang kondisi kepanitian saat itu, dengan cara yang lebih intelektual
tentunya.
Temu-Teman memang bukanlah perkara yang mudah dilaksanakan. Semuanya
harus dengan kesamaan visi demi perkembangan teater kampus se-nusantara
terkhusus di Indonesia. Keringat, peluh, tangis bukanlah hal yang mahal
untuk sebuah cita-cita yang notabene akan kembali membesarkan teater
kampus suatu hari nanti. Mungkin belum saat ini, tapi bukan tidak
mungkin hal itu akan dirasakan oleh mereka yang kita sebut dengan ADIK….
Kami sangat berharap Temu-Teman ke-VII yang dilaksanakan di
Bogor-Jawa Barat 18-24 Oktober 2010, bisa kembali merefresh
ingatan-ingatan kita sehingga geliat-geliat karya dan pemikiran dari
komunitas-komunitas teater kampus di Indonesia tidak serta merta hilang
dari PETA PERKEMBANGAN TEATER MODERN INDONESIA.
SALAM TEATER
iip pasoloran
(Tulisan IIP PASOLORAN di blog pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar