HIMASINDO

Jumat, 14 Maret 2014

MAMANDA, it's easy 'huh'? TOUR 5 PENJURU BANJARMASIN

Sebagai urang banua kita banyak mengenal beberapa kesenian daerah seperti seni peran, seni musik, tarian daerah, seni rupa, seni pahat, dll. Salah satu kesenian diatas adalah mamanda. Pertunjukan yang satu ini memadukan dialog, gerak, musik, kostum, dan nyanyian tertentu dengan menggunakan bahasa banjar dan joke2 segar. Secara politis dapat digunakan sebagai alat kritik social maupun pemerintahan. Sedang utamanya adalah media hiburan.
Pertunjukan ini lumayan mahal karena memerlukan kostum kerajaan Banjar lengkap dan harus memakai grup musik panting. Standar dana yang dikeluarkan sekitar 500-600 ribu sesuai ide cerita.
Penggarapannya tidak bisa mengandalkan hitungan hari, kecuali pemain professional yang menekuni bidang tersebut sehari2, itupun kadang mereka tidak berani mengambil resiko pementasan yang kacau, karena umumnya mamanda tidak memakai naskah secara khusus seperti halnya teater modern. Paling tidak penggarapannya minimal 1 bulan, itupun kadang ada detail yang terlewatkan meskipun secara bahasa adalah bahasa banjar.
Improvisasi atau improve adalah tambahan apabila ada “kecelakaan panggung”, bukan sebagai hal utama. Karena tanpa naskah khusus, paling tidak setiap pemain yang terlibat, wajib membuat sendiri dialog yang akan dikatakan dan dilatihkan pada saat latihan dengan lawan main agar cerita dan dialog sinkron, sehingga bila ada kesalahan dapat disinkronkan dengan improve.
Mitos yang menyatakan bahwa main mamanda gampang memiliki arti bahwa yang menyatakan itu adalah orang yang menggampangkan proses penggarapan, padahal proses penggarapan adalah inti dan jiwa dari sebuah pementasan. Orang tsb hanya memandang pementasan hanya dari segi bentuk, bukan maknanya. Atau mungkin karena dia berjiwa penonton.
Mamanda bukan pertunjukan gampang, dan bukan pula tidak dapat dipelajari. Satu hal yang wajib dikandung mamanda adalah pesan moral, bukan hanya sekedar manggung.
Mamanda bukan hanya sekedar improve. Mamanda harus didukung orang-orang yang punya soul teater (sekalipun tidak punya basic teater), atau orang awam yang sabar. Mamanda tidak ada artinya bila dimainkan seenaknya.
Vokal yang mantaf wajib dimiliki pemain, selaku pementasan yang sering dimainkan outdoor. Mic hanya pendukung. Kadang orang yang basicnya teaterpun tidak dapat memainkan mamanda, kecuali ia sabar, ulet, dan pantang menyerah serta pintar mengekplorasi potensi yang ada dalam diri nya, dalam waktu lebih dari 3 hari tentunya.
Memang, ketika kita berdiri atau duduk dikursi penonton, semua terlihat mudah, huh? Pemain yang menggampangkan pementasan biasanya adalah orang yang lebih sering nonton latihan daripada turun menjadi actor/aktris.
Teater bukan sinetron yang bias syuting kejar tayang, dan atau diedit sesudahnya. But, it’s a long process dan dipertaruhkan dalam durasi 1-2 jam secara live.
Segalanya tampak mudah bila kita duduk sebagai penonton. Jadi kenapa anda tidak mencoba menjadi actor atau aktris? Hal itu dapat memberitahumu bagaimana proses yang besar dan melelahkan berlangsung.

DOKUMENTASI TOUR 5 PENJURU TEATER HIMASINDO FKIP UNLAM







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar